Selamat Datang di Blog KONI Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan, Kita Raih Prestasi Kita Raih Kejayaan Membangun Bumi Bersujud

Saturday, December 3, 2011

Beckham dan Anak Indonesia

"Ketika Anda memiliki anak-anak, Anda sedang bertumbuh. Saya baru menyadarinya bahwa memiliki anak itu telah mengubah dunia."
Kalimat ini adalah salah satu ucapan David Beckham yang pantas untuk diberi garis bawah dalam buku sepak bola saya. Jujur, saya pernah kagum ketika pria Inggris ini masih bau kencur di klub sebesar Manchester United. Di usia muda, ia tampak matang dengan ketenangan di lapangan.
Lalu, kehidupan pribadi Beckham secara perlahan menguak ke permukaan meng­imbangi berita-berita tentang dirinya di lapangan. Saya sempat menempatkan dirinya pada kelompok pesepak bola yang akan luntur dimakan dunia hiburan.
Saya salah! Walau gaya bermainnya yang saya kagumi tak lagi muncul ketika pindah ke Real Madrid, sosok Beckham kembali mengisi kumpulan pesepak bola yang saya kagumi.
Well, bila saya menempatkan pemain seperti Diego Maradona, Zinedine Zidane, atau Lionel Messi ke dalam sebuah kotak, saya pastikan nama Beckham tidak ada di dalamnya. Tapi pria ini punya banyak hal lain yang bisa ditiru.
Dalam sebuah wawancara dengan reporter radio di Ibu Kota menjelang laga persahabatan Indonesia Selection versus LA Galaxy, 30 November di Stadion Utama Gelora Bung Karno, saya memberikan jawaban yang ternyata mengejutkan lawan bicara saya.
"Beckham itu memang pesepak bola yang baik, tetapi bukan sosok sempurna untuk diagung-agungkan."
Pertanyaan tentang sosok bintang sekaliber Beckham membawa saya pada sebuah rekaman video memalukan. Suatu waktu di sebuah restoran pinggir jalan Kota Madrid, kaki Becks tertangkap kamera sedang bergerak-gerak menyentuh kaki wanita lawan bicaranya di seberang meja. Padahal Victoria Beckham, istrinya, berada di sebelah. Ups!
Bagaimana mungkin Anda flirting, menggoda, orang lain ketika mengajak pasangan menikmati malam malam?
Oke, saya tidak akan meng­hanyutkan Anda ke dalam kumpul­an cerita-cerita tak sedap kehidupan perkawinan seorang David Beckham. Karena saya masih menyimpan kekaguman pada pria bernama lengkap David Robert Joseph Beckham.
Tahun 2005, tugas dari kantor membawa saya ke Spanyol. Tentu mengunjungi markas latihan Real Madrid menjadi salah satu agenda. Saat itu, Madrid masih menyewa lapangan latihan tim nasional Spanyol di Las Rojas, di pinggir Kota Madrid.
Pagi itu, Beckham termasuk pemain pertama yang hadir di lapangan walau pelatih Wanderlei Luxemburgo sudah lebih dahulu menunggu di lapangan. Pemain-pemain top seperti Raul Gonzalez dan Robinho "kalah cepat" diban­dingkan dengan Becks.
Usai latihan, Beckham termasuk pemain yang terakhir meninggalkan lapangan latihan. Entah ingin memuaskan wartawan dan juru foto yang mem­bludak di pinggir lapangan atau mengasah kemampuannya,  kaki kanan Becks menyantap puluhan bola di hadapannya. Hmm, kekaguman saya terhadap kualitas tendangannya semakin menjadi-jadi.
Perbincangan singkat dengan Beckham di lapangan parkir juga akan selalu saya ingat karena kembali ia menunjukkan sikap profesional.
***
Pembaca, apakah Anda sadar bahwa berita-berita kedatangan LA Galaxy ke Tanah Air baru-baru ini seolah hanya tentang Beckham seorang.
Minimnya pemahaman wartawan terhadap klub Amerika Serikat juara MLS 2011 dan sepak bola secara keseluruh­an telah ikut mengantarkan masyarakat Indonesia kepada euforia semu kalau tidak ingin disebut salah.
Apalagi ketika saya mendengar cerita-cerita tak sedap perihal kekagum­an yang berlebihan dari sejumlah wanita tenar yang biasa disebut selebritas Indonesia terhadap ayah dari tiga putra (Brooklyn Joseph, Romeo James, Cruz David) dan seorang putri (Harper Seven).
Beckham memang seorang pesepak bola tenar. Tapi, apakah Anda benar-benar berharap putra Anda yang mengikuti coaching clinic bersama La Galaxy tak lebih dari dua jam dengan biaya yang disebut mencapai 6 juta rupiah, mendapatkan setitik ilmu dari Becks?
Impian saya, pihak pengundang klub-klub tenar luar negeri atau pemain-pemain top mau menyisihkan waktu tamunya dengan berbagi ilmu kepada anak-anak Indonesia yang memang punya keinginan men­jadi pemain sepak bola sungguhan.
Bayangkan manfaat yang didapat bila panitia mau mengum­pul­kan sejumlah sekolah-sekolah sepak bola di Tanah Air dalam sebuah turnamen yang pemenangnya mendapat kesempatan berlatih bersama para tamu hebat itu.
Bila kegiatan ini disebut menguras uang penyelenggara, ada baiknya dibentuk kelompok pemandu bakat yang menyeleksi anak-anak berbakat Indonesia. Apakah federasi sepak bola kita memiliki data anak-anak berbakat Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air untuk dihadapkan kepada pemain-pemain seperti David Beckham, Landon Donovan, Robbie Keane, dan Frankie Hejduk?
Menggelar coaching clinic bertopengkan publikasi terkesan sebagai pemborosan waktu dan biaya. Tidakkah penyelenggara kegiatan bangga bila suatu waktu anak-anak yang mereka berikan kesempatan mencicipi ilmu dari pesepak bola internasional muncul sebagai pemain papan atas Indonesia? #

No comments: