Selamat Datang di Blog KONI Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan, Kita Raih Prestasi Kita Raih Kejayaan Membangun Bumi Bersujud

Friday, January 13, 2012

Mulut Suarez dan Santunnya Messi

Ucapanmu adalah harimaumu. Ungkapan ini populer hingga kini sejak pada masa kekaisaran Tsar Nicolas I di Rusia 1825-1855.
Ketika itu, seorang sastrawan bernama Kodraty Ryleyev dihukum gantung. Saat pelaksanaan, tali gantungan putus. Hal ini diyakini masyarakat sebagai pertanda bahwa terhukum tidak bersalah sehingga ia harus dibebaskan.
Merasa menang, naluri pembangkangan Ryleyev pun menggelegak. Ia kembali melontarkan kritikan pedas. Katanya, "Pemerintahan sekarang ini tidak beres. Mereka bahkan tidak tahu bagaimana caranya menggantung Anda."
Apa yang dilontarkan mulut Ryleyev menjadi harimaunya sendiri. Harimau yang menerkam balik. Sang Kaisar marah besar mendengar ocehan pemberontak itu dan memerintahkan para algojonya mengulang hukuman gantung. Pada 26 Juli 1926, Ryleyev mati di tali gantungan.
***
Ucapan memang harus dijaga, salah-salah dapat mengundang malapetaka. Emosi mesti tetap dipelihara agar tidak menimbulkan persoalan. Namun, dalam situasi emosional, boleh jadi pelajaran moral dan etika akan terpinggirkan sesaat.
Adalah bintang sepak bola Uruguay, Luis Suarez, yang menjadi pemberitaan heboh di Liga Premier Inggris. Lontaran kata-kata dari mulutnya kepada Patrice Evra berujung hingga ke badan komite disiplin Federasi Sepak Bola Inggris (FA).
Striker Liverpool yang pernah mencetak gol ke gawang timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno itu benturan fisik dengan Evra. Bek dan kapten Manchester United ini kesal. "Why did you kick me?" tanyanya.
Suarez yang merasa sebal karena selalu dijegal Evra pada pertandingan 15 Oktober 2011 di Stadion Anfield itu bukannya minta maaf. Suarez malah memaki Evra. Katanya, "Porgue tu eres negrito," atau 'karena kamu negro'.
Kasus ini menarik perhatian banyak pihak. Bukan hanya di Inggris tapi melebar ke wilayah lain. Banyak yang menghujat ucapan Suarez - yang sebenarnya tidak bule-bule banget karena masuk kategori Latino. Tapi, koleganya di Liverpool total memberi dukungan kepadanya.
Minta maaf Suarez kepada publik tidak cukup untuk menghapus penghinaan berbau rasis itu. FA menjatuhkan sanksi cukup berat, yaitu 8 kali tidak boleh merumput ditambah denda 40 ribu pound atau setengah miliar rupiah lebih.
Berani berbuat berarti harus mau menerima hukuman. FA masih membuka pintu kepada Liverpool hingga 13 Januari kalau ingin banding. Tampaknya para petinggi The Reds cenderung pasrah.
Pada tahun 60-an, para pegiat sosial di Amerika Serikat melakukan kampanye bertemakan Black is Beautiful. Gerakan ini berhasil mengangkat citra warga Afro-America dan secara perlahan menguasai berbagai bidang di olah raga dan hiburan.
Aneh juga ya, bagaimana mindset kita terkontaminasi seolah menilai warna kulit putih lebih indah dari warna hitam? Kenapa kulit hitam merasa diledek kalau dibilang hitam dan merasa bangga kalau disebut kulitnya putih.
***
Banyak paham mengatakan bahwa seorang striker itu egois dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Suarez misalnya, ia sering marah ketika gagal menciptakan gol, apalagi merasa menjadi objek kekerasan bek lawan.
Ungkapan itu dipatahkan oleh Lionel Andres Messi. Anak Argentina ini ditemukan dan dibawa ke Barcelona oleh pencari bakat Charles Rexach pada usia 13 tahun. Di klub kaya Spanyol itulah ia bersama para pemain muda lokal dibina di pusat latihan bernama La Masia.
Messi sempat dikategorikan tidak normal. Ia mengalami rendah diri karena didiagnosis kekurangan hormon pertumbuhan dan divonis hanya memiliki tinggi 140 cm. Perjalanan sejarah berbicara lain. Messi terus berjuang dan memiliki watak santun, ulet, tidak mudah berang sehingga terkesan terlalu lembek sebagai striker.
Apa yang dibukukan Messi menjadi fenomenal. Walau tingginya 169 cm, ia menutupinya dengan mengasah gerakan gesit, dribel cepat, dan akurasi umpan. Bukan hanya cekatan membuka ruang kepada rekannya, tapi juga sangat rajin mencetak gol.
Tahun ini Messi kembali mendapat penghargaan sebagai Pemain Terbaik Dunia Ballon d'Or FIFA. Gelar itu diperoleh tiga kali berturut-turut setelah menyingkirkan dua nama beken, Cristiano Ronaldo (Portugal-Real Madrid) dan Xavi Hernandez (Spanyol-Barcelona).
Messi membuktikan kepada dunia bahwa tinggi 169 cm tetap mampu berkompetisi di tingkat paling sulit. Memang Messi dibekali bakat alam luar biasa, tapi tanpa kemauan keras dan bimbingan yang tepat dari para pakar semua itu akan sia-sia.
Dalam permainan memang tidak ada belas kasihan. Pemain tinggi besar akan melindas yang kurus dan pendek. Di situlah letak seni memperagakan siapa sebenarnya yang paling cerdas dan unggul.
Ingat peristiwa di Senayan saat LA Galaxy berlaga melawan timnas kita? Bintang sekaliber David Beckham pun tega menghajar pemain mungil kita, Andik Vermansyah. Prinsipnya, bola boleh lewat tapi orang harus jatuh.
Permainan sepak bola memang keras tapi tunduk pada aturan main. Spirit seperti itu seharusnya yang dipegang para pembina sepak bola kita sehingga tidak terjebak gontok-gontokan.
Jadi, bertarunglah demi prestasi, bukan membela kepentingan pribadi atau golongan. Hidup sepak bola Indonesia.