Selamat Datang di Blog KONI Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan, Kita Raih Prestasi Kita Raih Kejayaan Membangun Bumi Bersujud

Thursday, December 22, 2011

Tiki-taka Buta ala Indonesia

Spanyol dan Barcelona identik dengan gaya bermain sepak bola tiki taka. Lahir dari ibu bernama total football di era 1970-an, tiki taka disebut menyempurnakan kehebatan sang ibu yang gagal di Piala Dunia 1974 dan 1978.
Tiki-taka dan blind football. Perkembangan sepak bola di Tanah Air membawa saya pada pemikiran mencari kesamaan dalam dua hal ini. Bagaimana pula keindahan bermain tim nasional Spanyol dan Barcelona dikaitkan dengan sepak bola buta?
Hmm, mari mengenal per­mainan yang dilakoni oleh mereka yang mengalami hambat­an penglihatan. Sebuah bukti bahwa sepak bola bukan hanya milik kita yang bisa melihat keindahan ciptaan Tuhan.
Dalam blind football, bola yang dipakai memiliki berat lebih dibandingkan bola biasa. Setiap kali bergerak, bola mengeluarkan bunyi-bunyian yang harus ditang­kap oleh pendengaran para pemain.
Dengan papan (iklan) yang mengelilingi lapangan, bola akan memantul kembali ke dalam lapangan sehingga pemain tidak perlu melakukan lemparan ke dalam memakai tangan.
Selain kedua kiper yang bisa melihat tapi tak boleh ber­suara dan ruang geraknya diba­tasi, kita akan takjub melihat delapan pemain buta dari kedua kubu bergerak tidak ber­tabrak­an satu sama lain dan mampu mengalirkan bola serta menem­bakkannya ke gawang lawan.
Tentu para pemain mem­butuh­kan bantuan suara rekan­nya guna menghidupkan permainan. Teriakan "yeah" dan menyebutkan nama masing-masing dimaksud­kan agar rekan setim menyadari kehadiran dirinya. Bila berkata, "voy", artinya "saya di sini" dan ia siap menekel lawan sambil memberikan peringatan lebih dahulu.
Perbedaan yang harus diperhatikan oleh mereka yang ingin menyaksikan blind football adalah ketika pertandingan dimulai, teriakan dan nyanyian yang biasa terdengar dari bangku penonton adalah haram hukumnya.
Melihat pria-pria dengan masalah penglihatan memainkan si kulit bundar, tidakkah kita kagum bahwa bila tubuh dan pikiran bisa berkerja sama, kita dapat mencapai apa yang dinginkan.
"Dalam sepak bola buta, sangat penting bagi para pemain untuk memiliki kontrol bola yang baik. Anda akan sangat kesulitan bila kehilangan kendali atas bola. Permainan ini tentang kecepatan pergerakan. Setiap pemain hanya punya sekitar dua atau tiga detik untuk bereaksi terhadap situasi yang ada di sekelilingnya."
Inilah cerita David Clarke, pemain yang sudah mencetak 108 gol dalam karier interna­sional­nya membela Inggris sejak 1996.
Striker veteran timnas Inggris ini kehilangan penglihatannya di usia delapan tahun akibat gangguan glaukoma kongenital sejak lahir.
Bisakah Anda membayangkan lahir dengan mengalami hambat­an pada saluran cairan yang keluar dari bola mata sehingga bola mata membesar dan menekan saraf mata? Tekanan tersebut membuat saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga akhirnya tidak berfungsi sama sekali.
David Clarke mengalaminya walau masih sempat menyaksi­kan kehebatan Ian Wright dan Dennis Bergkamp membela klub kesayangannya, Arsenal.
Setiap terlibat dalam blind football, David Clarke berkata pada dirinya, "Saya melihat semua­nya melalui mata pikiran. Dalam pikiran ini, saya melihat apa yang bisa saya saksikan ketika masih muda."
Hmm, mereka memang mengalami gangguan penglihatan tetapi tidak buta hati. Sepak bola mereka sangat bergantung kepada kerja sama dan ketaatan pada aturan.
Bola Masalah
Bagaimana dengan tiki-taka? Sebutan untuk gaya bermain sepak bola Barcelona dan timnas Spanyol itu erat hubungannya dengan sebuah mainan yang dalam bahasa Inggris disebut clackers.
Mainan ini terdiri dari sebuah tongkat dan dua bola kecil yang beradu dan menghasilkan bunyi “tik-tak” bila digerakkan.
Tiki-taka dalam sepak bola adalah peragaan bagaiama si kulit bundar seolah tak mau berhenti bergerak. Setiap pemain memiliki penguasaan yang baik atas bola dan terus bergerak mencari ruang di semua area permainan agar rekan setim bisa menggulirkan bola untuk membongkar organisasi pertahanan lawan.
Pergerakan bola tak perlu jauh, karena tiki-taka mengandalkan operan-operan pendek.
Di Indonesia, tiki-taka lahir dalam wujud masalah. Yang terus bergerak ke semua arah adalah persoalan karena banyak orang yang memilih mengoperkannya ke pihak lain daripada mencoba menyelesaikannya.
Coba kita cermati bagaimana seringnya masalah muncul di panggung sepak bola kita dan berpindah arah tak ubahnya permainan tiki-taka.
Satu masalah belum selesai, muncul masalah baru. Kita condong menyelesaikan persoalan dengan melahirkan problem baru.
Ketika kita bertanya ingin mencari jawaban atas kisruh di PSSI, pertanyaan itu dioper bak bola di kaki para pemain Barcelona. Ia mengalir ke semua arah, terus bergerak tanpa solusi. Bila pemain Barca mengalirkan bola menuju gawang, kita meng­gulirkan masalah menuju jurang perpecahan.
Tiki-taka dan sepak bola buta ala Indonesia membawa saya pada sebuah kesimpulan tak sedap. Kenapa begitu banyak orang yang mengurusi sepak bola kita dibutakan mata hatinya?
Menjelang akhir tahun, bara api di PSSI menggerakkan jemari saya, menuliskan sebuah harapan: football for peace!

No comments: