Selamat Datang di Blog KONI Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan, Kita Raih Prestasi Kita Raih Kejayaan Membangun Bumi Bersujud

Saturday, December 31, 2011

Makhluk Seksi 2011

Apa yang harus kita lakukan untuk melepas 2011, sedih atau senang?
Menjadi juara umum SEA Games, setelah 1997, tentu wajib kita syukuri. Kerja keras Inasoc, panitia, pun layak kita acungi jempol. Saya tidak akan menyoroti khusus keberhasilan menjadi juara umum, tetapi lebih tertarik mengupas makhluk-makhluk seksi milik Merah-Putih di ajang dua tahunan itu. Mereka menyita perhatian, selain karena prestasi, juga karena masih berusia muda.
Franklin Ramses Burumi masih berusia 20, tapi tiga medali emas yang dipersembahkannya buat Indonesia sungguh membanggakan. Ketiga emas itu didapatnya dari nomor-nomor impian semua sprinter di dunia, 100 m, 200 m, dan estafet 4x100 m. Memang Franklin tak memecahkan rekor dari semua emas yang diraihnya itu, tetapi ia tetap seksi karena namanya tiba-tiba menjulang tinggi dari belum sama sekali terdengar sebelumnya. Ketidakhadiran Suryo Agung Wibowo sebagai pemegang rekor SEAG sekaligus juara bertahan bisa terobati.
I Gede Siman Sudartawa tak kalah seksi dari Franklin, bahkan dalam banyak hal dia lebih seksi karena raihan emasnya dari kolam renang SEAG lebih banyak. Siman pun memecahkan rekor SEAG di dua nomor. Yang menarik lagi, dia bisa membuat asumsi baru bahwa nomor primadona renang adalah tidak melulu gaya bebas. Tidak, karena kini gaya punggung pun bisa!
Anak asli Bali ini paling tidak akan memegang rekor SEAG nomor 50 meter dan 100 meter gaya punggung selama dua tahun ke depan, walau rekor Asia Tenggara bisa saja pecah suatu waktu. Di dua nomor lain, 200 m gaya punggung dan 4x100 m estafet gaya ganti beregu, Siman tak memecahkan rekor tapi jelas ia tak kecewa.
Siman kini menjadi "anak SMA paling banyak duit" karena ia mendapat bonus 800 juta rupiah dari pemerintah. Itu artinya ia berprestasi 100% karena dari empat nomor yang diikutinya semua mendapat emas! Sebuah pengorbanan besar ia lakukan karena ia menghentikan dulu belajar home schooling-nya demi SEAG.
Keberhasilan Franklin dan Siman rupanya juga menguatkan niat saya untuk menyimpulkan bahwa atletik dan renang adalah dua cabang yang tergolong seksi selama SEAG. Maklum, selama ini Indonesia tergolong minim prestasi di cabang-cabang terukur.
Secara umum, cabang atletik hanya terpaut satu emas dari Thailand, 13 berbanding 14. Pelari putri kawakan kita, Triyaningsih, punya andil dengan tiga medali emasnya di nomor 5.000 dan 10.000 m, serta maraton.
Kalau prestasi ini bisa bertahan hingga SEAG berikut di Myanmar, tentu apa yang diraih para pelari kita di Palembang bukan sebuah kebetulan. Franklin, misalnya, selain mesti ditarget mempertahankan emasnya, juga harus memecahkan rekor Suryo.
Walau terpaut jauh dari Singapura, 17 berbanding 6, bahkan kalah pula dari Thailand yang meraih total 7 emas, namun dunia renang Indonesia pantas berbahagia. Rasanya sudah lama kita tidak punya jagoan dan harapan dari ajang balapan di air ini. Apalagi ada anak muda bernama Siman yang mempersembahkan 2/3 dari total emas kita.
***
Sayang, memang, di tengah prestasi hebat atlet-atlet kita, tetap saja ada yang mengganggu.
Mau tidak mau kita harus mengaitkan kasus Nazaruddin dengan olah raga kita. Ya, karena paling tidak proyek Wisma Atlet SEAG yang telah membuat mantan Sekretaris Kemenpora Wafid Muharram divonis tiga tahun penjara bisa berdampak panjang. Sampai kini Nazar yakin masih banyak aktor lain selain Wafid yang ikut bermain. Ah sudahlah, saya tak begitu mafhum soal politik di belakang kasus ini.
Yang pasti kita beruntung SEAG dengan segala keterbatasannya bisa digelar tepat waktu dan lancar. Bahkan opening ceremony yang megah itu dianggap salah satu yang terbaik yang pernah ada. Ketua Inasoc, Rahmat Gobel, merasa bersyukur segala cobaan yang ia hadapi bisa dilewati dengan selamat.
Ia mengaku, karena salah satu masa cobaan itu adalah di bulan Ramadan lalu, saat itu ia malah bisa mengkhatamkan membaca Alquran. Padahal tahun-tahun sebelumnya justru tidak khatam. Baginya, itulah kekuatan rohani luar biasa yang membawanya bisa bekerja total buat SEAG.
PSSI rupanya tak mau kalah "seksi" dari Nazar. Dalam istilah kebanyakan orang kita, organisasi ini seperti kesurupan alias kemasukan setan. Entah setan dari mana yang bisa berdiam diri begitu lama di tubuh PSSI. Masalah seperti tak pernah berhenti. Pengurus lama dibilang bobrok, tapi pengurus baru juga ternyata tak sesuai harapan.
Apakah kita butuh orang alim yang bisa me-ruqyah (membacakan ayat-ayat suci) sehingga setan-setan itu bisa keluar dari PSSI? Analogi yang sulit untuk diwujudkan. PSSI, sepertinya, mesti me-ruqyah diri mereka sendiri. Mereka paling mengerti mana yang salah, tahu bagaimana menyelesaikannya tapi belum mampu melakukannya karena faktor X.
Dulu PSSI dianggap seksi karena ini adalah induk organisasi cabang paling poluper di Indonesia. Dua laga final yang melibatkan Indonesia dan Malaysia, Piala AFF dan SEAG, selalu menyedot rating tertinggi menurut sebuah lembaga riset ternama. Begitu juga dengan tayangan langsung liga sepak bola nasional (maaf saya tak bisa menyebut liga primer atau liga super).
Kini PSSI dianggap "seksi" karena semua geregetan dengan masalah intern mereka. Mereka amat cinta PSSI tapi hanya bisa mencela di satu sisi dan mendukung di sisi lain, tanpa bisa terlibat di dalamnya.
Sayangnya, di sepak bola pun belum ada orang seperti Siman dan Franklin.

No comments: