Selamat Datang di Blog KONI Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan, Kita Raih Prestasi Kita Raih Kejayaan Membangun Bumi Bersujud

Saturday, December 3, 2011

Berikutnya, Indonesia Raya di Olimpiade

Terima kasih kepada seluruh pahlawan olah raga Indonesia. Perjuangan pantang menyerah telah membuahkan hasil terbaik. Setelah menunggu 17 tahun, gelar juara umum SEA Games kini telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Silakan menikmati pesta dengan kegembiraan dan rasa puas merebut medali emas. Kita sambut juga lahirnya para jutawan baru bergelimang uang dalam jumlah besar. Dana puluhan miliar telah disiapkan pemerintah sebagai upah prestasi atlet meraih 182 medali emas, 151 perak, dan 143 perunggu.
Pahlawan memang tidak memandang uang sebagai tujuan akhir dibandingkan dengan kebanggaan mengharumkan nama bangsa. Tapi, siapa atlet yang tak tergiur mendengar bonus 200 juta rupiah bagi setiap perebut medali emas?
Mungkin bonus bukan tujuan utama, tapi bonus mampu mendongkrak kemampuan tersembunyi atlet. Tanpa janji bonus, atlet tetap berlaga dan melaksanakan tugas di medan laga. Namun, dengan bonus maka hal mustahil bisa menjadi nyata.
Komentar peraih medali emas pun terdengar nyaring dalam sukacita. Ada yang mengatakan akan memanfaatkan bonus untuk membangun rumah, mengajak orangtua naik haji, melakukan ziarah ke Jerusalem, hingga persiapan menikah.
Ah, pesta emas dan hadiah uang besar bagi atlet memang tidak setiap saat. SEA Games ke-26 di Palembang-Jakarta menjadi kenangan paling indah yang dapat mewujudkan mimpi atlet memiliki uang ratusan juta.
Prestasi atlet patut dihargai dan layak menikmati hasil jerih payah setelah melewati kesengsaraan semasa persiapan. Wajar, sebab kesempatan tidak sering datang. Kebetulan tahun ini sangat menyenangkan saat Indonesia sebagai tuan rumah berambisi mengembalikan predikat juara umum.
Api di kaldron yang dinyalakan peraih medali emas Olimpiade, Susy Susanti (walau tidak sepenuhnya benar secara teknis), sudah dipadamkan. Tongkat estafet tuan rumah SEA Games berikutnya pun sudah diserahkan kepada Myanmar.
Seperti kata sambutan Wakil Presiden Budiono, "Walau api sudah dipadamkan, semangat atlet ASEAN harus terus menyala." Tepat sekali, karena perjuangan dan pertandingan masih akan terus terjadi di waktu dan tempat berbeda.
***
Secara umum, tuan rumah SEA Games menjalankan dengan baik. Upacara pembukaan dan penutupan masuk kategori memuaskan. Pelaksanaan pertandingan di berbagai arena terlaksana tepat jadwal. Tidak sempurna memang, tapi berjalan sesuai harapan.
Andai kasus korupsi yang melibatkan pejabat di kantor Kementerian Pemuda dan Olah Raga tidak terjadi, betapa bangganya kita. Andai seluruh panitia bekerja sesuai konsep dan jadwal kerja, tak akan terjadi keterlambatan pembangunan infrastruktur. Jika begitu, kita boleh mengatakan sebagai tuan rumah terbaik sepanjang sejarah SEA Games.
Rupanya kita masih terinspirasi semangat 45, brilian dan gigih akan keluar jika berada pada posisi terdesak. Buktinya, segala tuntutan kebutuhan sarana dan prasarana lomba dapat diselesaikan cepat dan hasilnya menggembirakan.
Biarlah proses melelahkan itu menjadi pelajaran mematangkan diri bagi orang yang terlibat di dalamnya. Sudah waktunya kita menjadi tuan rumah di tingkat lebih tinggi, Asian Games atau Olimpiade. Jangan ragu karena Indonesia sesungguhnya memiliki sumber daya manusia yang hebat.
Menurut saya, bonus bagi peraih medali yang disiapkan pemerintah sungguh mengejutkan. Lho, ternyata uang Indonesia banyak. Tapi, kenapa diberikan di akhir laga? Kata orang bijak, proses jauh lebih penting ketimbang hasil akhir.
Makna dari ucapan bijak ini adalah perlu menghargai konsep pembentukan, bukan semata hasil. Karena tergiur bonus, boleh jadi timbul kekhawatiran, para atlet senior akan terus bercokol sehingga justru menghambat tumbuhnya atlet muda pelapis.
Bila memang negara punya banyak dana untuk olah raga, sebaiknya diatur secara sistematis. Silakan menghargai prestasi atlet yang tengah berjaya, tapi jangan lupa proses pembinaan atlet muda.
Ada baiknya atlet kelas Asia, dunia, dan Olimpiade tidak ikut persaingan tingkat regional. Bukankah tujuan awal SEA Games untuk mematangkan atlet muda menuju Asian Games? Harapannya, dua kali pematangan di SEAG akan membuat atlet ASEAN siap berlaga di AG.
***
Ketua KOI, Rita Subowo, pun mengeluhkan jumlah pertandingan terlalu banyak dan menyimpang dari nomor Olimpiade. Sebagai pembanding, di SEAG ada 44 cabang yang diikuti 11 negara dengan 554 set medali emas. Bandingkan dengan Olimpiade London 2012 yang hanya 26 cabang memperebutkan 302 emas yang diikuti sekitar 140 negara.
SEAG sebagai pesta persahabatan atlet atau mengejar prestasi? Tolong dipikirkan ulang. Negara kita terbesar keempat jumlah penduduk di dunia janganlah terjebak di pesta kecil sehingga lupa tugas lebih akbar di AG dan Olimpiade.
Kebanggaan sudah diraih, tujuan mengembalikan predikat juara umum menjadi kenyataan. Euforia, pesta, dan bonus ratusan juta cukup sampai di sini. Mari pastikan tujuan Indonesia selanjutnya.
Karena itu, kita berharap kepada Menpora dan KOI agar segera bersiap menuju London 2012. Telah menanti tugas penuh gengsi guna mempertahankan tradisi emas Olimpiade.
Bulu tangkis, angkat besi, dan panahan yang sudah mempersembahkan medali Olimpiade harus mendapat perhatian khusus. Jika sepakat, kita pasang target: Kibarkan Merah Putih dan lagu Indonesia Raya di Olimpiade! Jika serius, Indonesia pasti bisa!

No comments: